UNIVERSITAS GUNADARMA
1B114285 - 5KA51
C. Individu, Keluarga dan Masyarakat
PENDAHULUAN
Manusia pada dasarnya
adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang terbatas
di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan
kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya
melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan
hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal
dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri,
misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia
lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Naluri manusia untuk
selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut “gregariousness” dan
oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial. Dengan adanya naluri ini,
manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memberi
makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai
kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang berbudaya
karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus apat berperan karena
didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia yaitu :
- Menyatu dengan manusia lain yang berbeda
disekelilingnya
- Menyatu
dengan suasana dalam sekelilingnya
Kesemua itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan
manusia terhadap alam yang kadang kejam dan ramah kepada mereka. Manusia itu
pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon
Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi.
Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia,
kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga,
dan masyarakat. Maka terjadilah
suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU
Individu berasal dari
kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu
merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas
yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan
pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan
sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi
sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat
spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti
bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan
yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian
serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia
cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang
ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.
Pertumbuhan Individu
Perkembangan manusia yang
wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin.
Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga
yang mempunyai cirri-ciri khas tersendiri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat
diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan adalah suatu perubahan yang
menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat dari
berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut para ahli yang menganut aliran
asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi.
Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada
lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini
terikat satu sama lain menjadi keseluruhan asosiasi. Dapat dirumuskan suatu
pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang
secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau
empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman
dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.
Menurut aliran psikologi
gestalt pertumbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang
pokok adalah keseluruhan sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai
bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang
lain. Jadi menurut proses ini keseluruhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian
menyusul bagian-bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ini adalah
proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula
mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari
lingkungan yang ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
- Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari
golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir
- Pendirian Empiristik dan environmentalistik.
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap
bahwa pertumbuhan individu semata-nmata tergantung pada lingkungan sedang
dasar tidak berperan sama sekali.
- Pendirian konvergensi dan interaksionisme.
Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat
menentukan pertumbuhan individu.
Tahap
pertumbuhan individu berdasarkan psikologi
- Masa
vital yaitu dari usia 0.0 sampai kira-kira 2 tahun.
Pada masa vital ini
individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam
dunianya. meurut Frued tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa
oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidak nikmatan. Pendapat semacam ini
mungkin beralasan kepaa kenyataan, bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan
penting dalam kehidupan individu. Bahwa anak memasukkan apa saja yang dijumpai
ke dalam mulutnya itu tidak karena multu merupakan sumber kenikmatan utama,
melainkan karena pada waktu itu mulut merupakan alat utama untuk melakukan
eksplorasi dan belajar. Pada tahun kedua anak belajar berjalan, dan dengan
berjalan itu anak mulai pula belajar menguasai ruang. Di samping itu terjadi
pembiasaan tahu akan kebersihan. Melalui tahu akan kebersihan itu anak belajar
mengontrol impuls-impuls yang datang dari dalam dirinya.
- Masa
estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
Masa estetik ini dianggap
sebagai masa pertumbuhan arasa keindahan. sebenarnya kata estetik diartikan
bahwa pada masa ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera.
Dalam masa ini pula tampak muncuk gejala kenakalan yang umumnya terjadi antara
3 tahun sampai umur 5 tahun. Anak sering menentang
kehendak orang atau, kadang sampai menggunakan kata – kata kasar, dengan
sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang seharusnya
dilakukan.
Adapun alasan anak
berbuat kenakalan dalam usia tersebut adalah :
berkat pertumbuhan
bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak dalam menghadapi dunianya maka
samapi-lah anak pada penyadaran ”aku”nya atau tahap menemukan ”akunya yaitu
suatu tahap ketika anak menemukan dirinya sebagai subyek.
Kalau pada masa-masa
sebelumya anak masih merasa satu dengan dunianya, belum mampu mengadakan
pemisahan secara sadar antara dirinya sendiri sebgai subyek dan yagn lain
sebagai obyek maka kemampuan ini kini dimilikinya. Berarti dia menyadari bahwa
dirinya juga subyek seperti yang lain. sebagai subyek dia mempunyai kebebasan
untuk menghendaki sesuatu.
Pada masa ini terjadi apa
yang kita sebut dengan menghendaki dan kehendak yang dimiliki tidak dapat
ditahan-tahan; makna tetapi kalau dia telah memperolehnya maka dia tidak lagi
memperdulikannya dan menghendaki benda yang lain dan seterusnya
- Masa
intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
Ada beberapa sifat khas
pada anak-anak masa ini antara lain :
a.
Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan
jasmani dengan prestasi sekolah
b.
Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang
tradisional
c.
Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
d.
Kalau tidak dapat menyelesaikan ssesuatu soal maka soal
itu dianggap tidak penting
e.
Senang membandingkan dirinya dengan anak lain
f.
Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang
konkrit
g.
Amat realistik ingin tahu, ingin belajar
h.
Gemar membentuk kelompok sebaya
- Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun
sampai kira-kira 20 – 21 tahun
KELUARGA DAN FUNGSINYA DIDALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Keluarga adalah
unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil
dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu
sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahrikan
individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Keluarga merupakan gejala
universal yang terdapat dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang
universal, keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang
konsep keluarga .
1.
Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena
ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengiakat suami dan istri adalah
perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah
(umumnya) dan kadang-karang adopsi.
2.
para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama
dalam satu rumah dan mereka membentuk suatu rumah tangga (household),
kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa
anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja
3.
Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi,
yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak
perempuan
4.
Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang
sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Emile Durkheim mengemukakan tentang sosiologi keluarga dalam
karyanya : Introduction a la sosiologi de la famile (mayor Polak, 1979: 331).
Bersumber dari karya ini muncul istilah : keluarga conjugal : yaitu keluarga
dalam perkawinan monogamy, terdiri dari ayah, ibi, dan anak-anaknya. Keluarga
conjugal sering juga disebut keluarga batih atau keluarga inti. Koentjaraningrat membedakan 3 macam keluarga luas
berdasarkan bentuknya :
- keluarga
luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti
senior dengan keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak
perempuan
- keluarga
luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga
inti senior dengan keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki
- Keluarga
luas uxorilokal, berdasarkan adapt uxorilokal, terdiri dari satu keluarga
inti senior dengan keluarga-keuarga batih/inti anak-anak perempuan
Emilie Durkheim mengemukakan tentang sosoiologi
kelaurga dalam karyanya “Introduction a la sosiologi de la familie”. bersumber
dari karya Emilie inilah muncul istilah keluarga konjugal. Keluarga conjugal
adalah keluarga dalam perkawinan monogamy,terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anak. Keluarga konjugal sering juga disebut keluarga inti atau keluarga
batih, untuk membedakannya dengan keluarga inti atau konsanguin. Contoh:
keuarga besar (konsanguin) dalam lingkungan bangsa Indonesia antara lain
terdapat pada keluarga suku batak. Kelaurg asuku batak terhimpun berdasarkan
pada garis marga, misalnya maraga harahap, Nasution, simbolon, atau simanjuntak.
Macam-macam fungsi keluarga adalah
- Fungsi
biologis
- Fungsi
Pemeliharaan
- Fungsi
Ekonomi
- Fungsi
Keagamaan
- Fungsi
Sosial
MASYARAKAT SUATU UNSUR DARI KEHIDUPAN MANUSIA
Masyarakat adalah suatu
istilah yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari, ada masyarakat kota,
masyarakat desa, masyarakat ilmiah, dan lain-lain. Dalam bahas Inggris dipakai
istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan”
istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab yaitu Syaraka yang
berarti “ ikut serta, berpartisipasi”
Peter L Berger, seorang ahlisosiologi
memberikan definisi masyarakat sebagai beriktu : “ masyarakat merupakan suatu
keseluruhan komplkes hubungan manusia yang luas sifatnya.”. Koentjaraningrat
dalam tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia atau
kesatuan hidup manusiayang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
Dalam perkembangan dan
pertumbuhannya masyarakat dapat digolongkan menjadi :
- Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan
masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan
menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin,
nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan
kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi
tantangan-tantangan alam yagn buas saat itu.
- Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki
aneka ragam kelomok sosial, atau lebih dikenal dengan sebuatan kelompok
organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan
a.
Masyarakat non
industri. Secara garis besar, kelompok ini dapat digolongkan menjadi gua
golongan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Dalam kelompok primer, interaksi
antar anggotanya terjdi lebih intensif, lebih erat, lebi akrab. Kelompok ini
disebut juga kelompok face to face group.Sifag interaksi bercirak kekeluargaan
dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada
kelompok ini dititik berakan pada kesadaran, tanggungjawab para anggotadan
berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela. Dalam kelompok
sekunder terpaut saling hubungan tidak langsung, formal, juga kurang bersifat
kekeluargaan. Oleh krn itu sifat interaksi, pembagian kerja, diatur atas dasar pertimbangan-pertimbagnan
rasional obyektif. Para anggota menerima pembagian kerja atas dasar kemampuan /
keahlian tertentu, disamping dituntut target dan tujuan tertentu yang telah
ditentukan.
b.
Masyarakat Industri. Contoh tukang roti, tukang sepatu,
tukang bubut, tukang las
D. Pemuda
dan Sosialisasi
PENDAHULUAN
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan
dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi
pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat
beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman
tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan
pengembangan generasi muda.
Proses
kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam
membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut
dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada
di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Jadi jelaslah
sekarang keragaman pemuda Indonesia dilihat dari kesempatan pendidikannya serta
dihubungkan dengan keragaman penduduk dalam suatu wilayah, maka proses
sosialisasi yang dialami oleh para pemuda sangat rumit. Sehubungan dengan
perkembangan individu pemuda itu sendiri dan dalam rangka melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang tua, maka pengalaman-pengalaman yang dialaminya itu
kadang membingungkan dirinya sendiri.
Pemuda
Indonesia
Pemuda dalam
pengertian adalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan
dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan
tersurat dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia
adalah sebagai berikut :
Masa bayi : 0 – 1 tahun
Masa anak : 1 – 12 tahun
Masa Puber : 12 – 15 tahun
Masa Pemuda : 15 – 21 tahun
Masa dewasa : 21 tahun keatas
Dilihat dari
segi budaya atau fungsionalya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa,
dengan perincian sebagia berikut :
Golongan anak : 0 – 12 tahun
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas
Usia 0-18 tahun
adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah
memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah
diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta
Dilihat dari
segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40
tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu. Pengertian pemuda
berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri
atas 3 katagori yaitu :
1. Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih
duduk di bangku sekolah
2. Mahasiswa usia antara 18 – 25 tahun beradi
di perguruan tinggi dan akademi
3. Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun
perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan,
peran itu dibedakan menjadi dua yaitu
1. Didasarkan atas usaha pemuda untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini
dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang
berlaku
2. Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Peran pemuda
jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda
“pembangkit” mereka adalah pengurai atu
pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu
mengubah masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal.
Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat,
tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan
tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan.
Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan
kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk
sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral
kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak
dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan
norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yagn dianut masyarakat. Sebagai
mahluk individual artinya tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi
disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan
terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Sosialisasi Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda
akna terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian,
tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi,
seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum
tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar
dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh
susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan
inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa
individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan
kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk
sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya
pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat
timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit
dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya,
yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan
dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau
sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2.
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian
yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia
lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam
meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak
dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun
dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau
informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda
Thomas Ford
Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu
untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan
masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses
akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai
dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah
laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat
INTERNALISASI,
BELAJAR DAN SPESIALISASI
Ketiga kata
atau istilah tersebut pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama.
Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. istilah
internasilasasi lebih ditekankan pada norma-nroma individu yang
menginternasilasikan norma-norma tersebut. Istilah belajar ditekankan pada
perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh
seorang individu. istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yagn telah
dimiliki oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak
panjang dan lama.
Studi Kasus
Keluarga yang Broken Home
Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.
No comments:
Post a Comment