DENNI.ALFIANSYAH – 1B114285-
A. Konsep Kearifan Lokal
1. Pengertian Kearifan Lokal (local wisdom)
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom)terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). DalamKamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, localberarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifansetempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local)yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanamdan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
2. Local Genius sebagai Local Wisdom
Dalam disiplin
antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini
merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh
Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara
panjang lebar pengertian local genius ini (lihat
Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local
genius adalah juga cultural identity, identitas/ kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah
kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19).
Sementara Moendardjito (Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampaisekarang. Ciri-cirinya adalah:
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan
5. Mampu memberi arah path perkembangan budaya
I Ketut Gobyah thiam “Berpijak pada Kearifan Lokal” dalamhttp://www.balipos.co.id, di download 17/9/2003, mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telahmentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakanperpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budayamasyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kerifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun nilai lokaltetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
S.Swarsi Geriya dalam “Menggali Kearifan Lokal
untuk AjegBali” dalam lun, http://wwwbalipos.co.id mengatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakankebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika,cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifanlokal
dengan demikian adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkanmelembaga.
Dalam penjelasan tentang ‘urf. Pikiran Rakyat terbitan 6Maret 2003 menjelaskan bahwa kearifan berarti ada yang memilikikearifan (al-’addah al- ma’rifah), yang dilawankan dengan al-’addah al-jahiliyyah. Kearifan dadat dipahami sebagai segalasesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan agama. Adat kebiasaan pada dasarnya terujisecara alamiah dan
niscaya baik karena merupakan tindakan socialyang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena dianggap baik atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baikhanya terjadi apabila terjadi pemaksaan oleh penguasa.
3. Contoh-Contoh dan Fungsi Kearifan Lokal
Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam http://www.balipos.co.id, bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam maka fungsinya tentu saja juga bermacam-macam.
Balipos terbitan 4 September 2003 memuat tulisan “PolaPerilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi” yang antara lain memberikan informasi tentang fungsi dan makna kearifan lokal,yaitu:
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnyaberkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya path upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan path pura Panji.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal lkerabat.
6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur.
8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
Elly Burhainy Faizal (SP Daily) 31 Oktober 2003 dalamhttp://www.papuaindependent.com mencontohkan beberapa kekayaanbudaya, kearifan lokal di Nusantara yang terkait dengan pemanfaatanalam yang pantas digali lebih lanjut makna dan fungsinya sertakondisinya sekarang dan yang akan datang. Kerifan lokal terdapat dibeberapa daerah:
1. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepalamama, tanah dianggap sebagai bagian dan hidup manusia. Dengandemikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara hati-hati.
2. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan
celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud dan kuatnya
keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi
tanam tanjak.
3. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana’ ulen. Kawasan
hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah
diatur dan dilindungi oleh aturan adat.
4. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan
Barat. Masyarakat mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola
penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan
dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa
bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada
teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
5. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan,
Kampung Dukuh Jawa Barat. Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu,
sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh
adat
6. Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai
awig-awig (Aturan-aturan). Sebagai contoh falsafah Tri Hita Karana yaitu
hubungan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, hubungan manusia dengan
sesamanya dan hubungan manusia dengan lingkungan.
4. Bentuk Kearifan Lokal
Bentuk kearifan lokal dapat
dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata (tangible)
dan yang tidak berwujud (intangible).
1. Kearifan Lokal yang
Berwujud Nyata (Tangible), meliputi :
a. Tekstual, Beberapa
jenis kearifan lokal seperti sistem nilai, tata cara, ketentuan khusus yang
dituangkan ke dalam bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalam kitab
tradisional primbon, kalender dan prasi (budaya tulis di atas lembaran daun lontar).
b. Bangunan/Arsitektural
c. Benda Cagar
Budaya/Tradisional (Karya Seni), misalnya keris, batik.
2. Kearifan Lokal yang
Tidak Berwujud (Intangible)
Selain bentuk kearifan lokal yang
berwujud, ada juga bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud seperti petuah
yang disampaikan secara verbal dan turun temurun yang dapat berupa nyanyian dan
kidung yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional. Melalui petuah atau
bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan
secara oral/verbal dari generasi ke generasi. Misalnya kearifan
lokal yang mengandung etika lingkungan sunda Hirup katungkul
ku pati, paeh teu nyaho di mangsa (Segala sesuatu ada batasnya,
termasuk sumberdaya alam dan lingkungan). Kudu inget ka bali geusan
ngajadi (Manusia bagian dari alam, harus mencintai alam, tidak
tepisahkan dari alam).
B. KEARIFAN LOKAL DALAM
BERBAGAI BIDANG DI INDONESIA
1. BIDANG PERTANIAN
a. Pengertian
Pertanian
Pertanian dalam arti
luas adalah sema kegiatan yang meliputi bercocok tanam, perikanan, peternakan
dan kehi\utanan. Indonesia termasuk negara agraris, artinya sebagian besar dari
penduduk hidup di pertanian.
b. Faktor
Pendorong Pertanian
Adapun faktor yang
mendorong pertanian diantaranya:
1) Keadaan fisis yang baik untuk pertanian, diantaranya: tanah yang luas dan subur, iklim yang baik, dan lapisan tanah yang gembur dan cukup tebal
2) Susunan penduduknya menurut mata pencahariannya menunjukan ±10% penduduk Indonesia hidup dari pertanian
3) Sektor pertanian menghasilkan lebih dari 50% dari pendapatan nasional
4) Penduduk Indonesia cukup banyak, sehingga pertanian membutuhkan banyak tenaga kerja
1) Keadaan fisis yang baik untuk pertanian, diantaranya: tanah yang luas dan subur, iklim yang baik, dan lapisan tanah yang gembur dan cukup tebal
2) Susunan penduduknya menurut mata pencahariannya menunjukan ±10% penduduk Indonesia hidup dari pertanian
3) Sektor pertanian menghasilkan lebih dari 50% dari pendapatan nasional
4) Penduduk Indonesia cukup banyak, sehingga pertanian membutuhkan banyak tenaga kerja
c. Jenis-jenis Pertanian
1. Berdasarkan
pengelolaanya, pertanian dibedakan menjadi dua, yaitu:
· Pertanian
rakyat adalah pertanian yang diusahakan oleh
rakyat. Pertanian ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik
konsumsi sendiri maupun konsumsi lokal. Ciri-ciri: modal kecil, lahan sempit,
dikelola sederhana, tenaga kerja sederhana, tenaga kerja keluarga sendiri,
peralatan sendiri.
· Pertanian
besar adalah pertanian yang diusahakan oleh
perusahaan, baik swasta maupun BUMN. Pertanian ini bertujuan untuk keperluan
ekspor atau bahan baku industri. Ciri-ciri: modal usaha besar, lahan luas,
dikelola secara modern.
2. Berdasarkan jenis
tanamannya pertanian dibedakan menjadi dua yaitu:
· Pertanian
tanaman pangan adalah usaha pertanian yang berupa bahan pangan. Tanaman pangan
dibedakan menjadi tiga yaitu, jenis padi-padian, jenis palawija (ketela pohon,
ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah dll) dan jenis holtikultura (buah dan
sayuran)
· Pertanian tanaman
perkebunan adalah usaha pertanian yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan
perdagangan besar. Tanaman perkebunan dapat dibedakan menjadi tanaman perkebunan
musiman (tebu,tembakau,dll) dan tanaman perkebunan tahunan (kopi,karet,
coklast,dll)
· Jenis-jenis sawah
meliputi :
1) Sawah irigasi, yaitu sawah yang menggunakan perairan secara teratur
2) Sawah tadah hujan, aytiu sawah yang menggunakan perairan dengan air hujan
3) Sawah lebak, yaitu sawah yang diusahakan di bantaran sungai besar saat penghujan
4) Sawah bancah, yaitu sawah yang diusahakan di daerah pantai dekat muara sungai. Sawah ini juga dinamakan sawah pasang surut
1) Sawah irigasi, yaitu sawah yang menggunakan perairan secara teratur
2) Sawah tadah hujan, aytiu sawah yang menggunakan perairan dengan air hujan
3) Sawah lebak, yaitu sawah yang diusahakan di bantaran sungai besar saat penghujan
4) Sawah bancah, yaitu sawah yang diusahakan di daerah pantai dekat muara sungai. Sawah ini juga dinamakan sawah pasang surut
3. Berdasarkan lahannya
pertanian dibedakan menjadi empat, yaitu:
· Bersawah adalah usaha bercocok
tanam yang dilakukan di sawah dengan jenis tanaman
· Berladang adalah usaha bercocok
di lahan kering, pada saat musim hujan dan dilakukan dengan cara
berpindah-pindah
· Bertegal, adalah usaha
bercocok tanam di lahan kering dengan memanfaatkan air hujan. Hasilnya jagung,
kacang, ketela dll
· Berkebun, adalah usaha
bercocok tanam yang dilakukan di sekitar rumah (pekarangan)
· KEARIFAN LOKAL DALAM
BIDANG PERTANIAN
a. Pranoto Mongso (Jawa)
Pranoto mongso atau aturan waktu musim
digunakan oleh para tani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan
dipakai sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan
tradisional maka pranoto mongso ini memberikan arahan kepada petani untuk
bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak
memanfaatkan
lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti misalnya
air dan saluran irigasinya. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat
menjaga keseimbangannya.
Dengan adanya pemanasan global sekarang
ini yang juga mempengaruhi pergeseran musim hujan, tentunya akan mempengaruhi
masa-masa tanam petani. Namun demikian pranoto mongso ini tetap menjadi arahan
petani dalam mempersiapkan diri untuk mulai bercocok tanam. Berkaitan dengan
tantangan maka pemanasan global juga menjadi tantangan petani dalam
melaksanakan
pranoto mongso sebagai suatu kearifan lokal di Jawa.
b.
Nyabuk Gunung.
Nyabuk gunung merupakan cara bercocok
tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Cara ini
banyak dilakukan di lereng bukit sumbing dan sindoro.
Cara
ini merupakan suatu bentuk konservasi lahan dalam bercocok tanam karena menurut
garis kontur. Hal ini berbeda dengan yang banyak dilakukan di Dieng yang
bercocok tanam dengan membuat teras yang memotong kontur sehingga mempermudah
terjadinya longsor.
c. Tumpang sari
Sistem ‘tumpangsari’ adalah praktek
penanaman beragam biji-bijian sebagai bagian dari peladangan berpindah yang
banyak meniru kompleksitas dan keragaman sistem vegetasi wilayah sub-tropis dan
tropis. Model pertanian ini dilakukan dengan cara menanam beberapa jenis
tanaman yang berbeda dalam suatu areal atau petak tanah secara bersamaan. Pada
awalnya, sistem pertanian ini dianggap ketinggalan zaman dan tidak sesuai
dengan ilmu pertanian modern karena tidak efisien secara kuantitas dan kualitas
hasil yang akan didapatkan. Akan tetapi terdapat tujuan yang baik dan penting
adanya kearifan lokal ini, yaitu untuk melindungi tanah dari sinar matahari
langsung, mengurangi pemanasan langsung pada permukaan tanah, menjaga permukaan
tanah dari proses erosi, penggunaan volume tanah secara efisien dan mengurangi
kerentananan tanah dari hama dan serangga perusak. Hal ini dapat terjadi karena
perbedaan kecepatan tumbuh beragam tanaman tersebut membuat tanah menjadi
permanen, di samping itu juga karena tanahnya selalu ditutupi oleh tanaman
tersebut secara terus menerus serta sistem akar tanaman tersebut yang
bervariasi.
2. BIDANG PERTAMBANGAN
· Jenis-Jenis Barang
Tambang
1. Bahan tambang organik
misalnya aspal, batu bara, gas bumi, dan minyak bumi.
2. Bahan tambang logam
misalnya emas, mangan, nikel, pasir besi, perak.
3. Bahan tambang
industri misalnya berlian, belerang, gamping, fosfat, dan kaolin.
4. Bahan energi adalah
barang tambang yang digunakan sebagai pembangkit tenaga misalnya minyak bumi,
batu bara, gas bumi, dan uranium
Berdasarkan Peraturan Pemerintahan (PP)
No. 27 Tahun 1980 tentang penggolongan bahan galian, disebutkan bahwa
bahan-bahan galian terbagi atas tiga golongan, yaitu golongan bahan galian
strategis, golongan bahan galian vital, dan golongan bahan galian lainnya.
1. Golongan bahan galian
stategis (golongan A), jenisnya antara lain batubara, minyak bumi, gas alam,
uranium, nikel, dan timah.
2. Golongan bahan galian
vital (golongan B), jenisnya antara lain besi, mangaan, bauksit, tembaga,
timbal, seng, emas, perak, intan, platina, yodium, dan belerang.
3. Golongan bahan galian
lainnya (golongan C), jenisnya antara lain fosfat, asbes, mika, tawas, okek,
batu permata, pasir kuarsa, kaolin, feldspar, gips, batu apung, marmer, batu
tulis, batu kapur, granit, tanah liat, dan pasir. golongan C inilah yang
selanjutnya di Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan galian industri. Berikut
beberapa penjelasannya.
· Batu bara
Bersamaan dengan berkembangnya
industri, batubara digunakan sebagai bahan bakar kereta api dan kapal laut.
Pada awal revolusi industri kebutuhan batubara sangat tinggi karena sebagian
besar tenaga (energi) yang digunakan berasal dari batubara. Contoh penambangan
batubara di Indonesia adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) yang
berpusat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan.
· Minyak bumi
Untuk Indonesia, minyak bumi masih
menjadi andalan perolehan devisa negara sehingga naik turunnya harga minyak
bumi sangat berpengaruh pada seluruh sektor perekonomian masyarakat. Potensi
minyak bumi di Indonesia terdapat di 60 cekungan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia mulai Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
· Gas Bumi
Cadangan gas bumi biasanya ditemukan
bersamaan dengan kegiatan eksplorasi minyak bumi. Potensi gas bumi di Indonesia
cukup baik karena cadangan gas alam yang ada di Arun diperkirakan 10 triliun CF
(Cubic Feet) dan merupakan sumber terbesar di Asia Tenggara. Sumber gas alam
Arun ditemukan pada 1991 oleh perusahaan Mobil Oil Indonesia Inc. Untuk
mengeksploitasi sumber gas alam Arun, dibangun kilang LNG Arun yang dibangun
oleh Pertamina di Blang Lancang, Lhokseumawe (NAD). Pengoperasiannya dilakukan
oleh Mobil Oil Indonesia Inc (anak perusahaan Pertamina), Mobil Oil Indonesia
Inc dan JILCO (Japan Indonesia LNG Co.)
· Bijih Timah
Daerah penghasil timah terdapat di daerah
Riau (Pulau Lingga, Singkep, Karimun, Kundur, dan Bangkinang), Pulau Bangka,
dan Pulau Belitung. Pengeksploitasian timah di Indonesia seluruhnya dilakukan
oleh PT Timah Tbk. yang berpusat di Pangkal Pinang (Pulau Bangka). PT Timah Tbk
dalam kegiatan operasionalnya dibantu oleh PT Tambang Timah dan PT
Koba Tin (keduanya anak perusahaan PT Timah Tbk.). Pemanfaatan timah di dalam
negeri antara lain digunakan untuk pembuatan kaleng, pipa saluran, pembungkus
rokok, mata peluru, dan solder.
· Nikel
Nikel kali pertama ditemukan di daerah
Pomala (Sulawesi Tenggara) yaitu sekitar 1909 dan kini bekas kegiatan
penambangan nikel di daerah Pomala sekarang dijadikan pusat pengolahan bijih
nikel oleh PT Aneka Tambang (PT Antam). Pada 1979 PT Antam melakukan penambangan
nikel di Pulau Gebe (Maluku Utara). Daerah lain yang sedang dikembangkan untuk
proyek
penambangan nikel, yaitu Pulau Gee,
Pulau Pakal, Tanjung Buli, Pulau Obi (Maluku Utara), serta Pulau Gag dan
Pegunungan Cyclops (Papua).
· Bauksit (bijih
alumunium)
Bauksit dapat dijumpai di daerah-daerah
aliran sungai, seperti di kepulauan Riau (pulau Bintan-Indonesia). Aluminium
banyak dipergunakan untuk membuat perkakas dapur, industri mesin, dan industri
pesawat terbang.
· Emas dan Perak
Emas dan perak banyak dipergunakan
untuk membuat perhiasan dan obat-obatan. Potensi tambang emas di Indonesia
terdapat di wilayah Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara, dan Maluku (Pulau Halmahera
dan Pulau Obi). Pengusahaan tambang emas di Indonesia sudah dilakukan sejak
lama, seperti yang dilakukan di Rejang Lebong (Bengkulu), Cikotok (Jawa Barat),
Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), dan Sambas (Kalimantan Barat). Eksploitasi
tambang emas di Indonesia dilakukan oleh PT Antam, di antaranya di Jawa Barat
dan Kalimantan Selatan. Adapun di Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Barat,
dan Kalimantan Tengah dilakukan oleh pihak perusahaan swasta.
· Tembaga
Tembaga merupakan kelompok logam bukan
besi yang telah dipergunakan sejak 3.500 SM oleh orang-orang Mesir. Tembaga
dipadu dengan besi menjadi perunggu, sedangkan jika tembaga dipadu dengan seng
menjadi kuningan. Potensi tembaga terbesar di Indonesia berada di Tembagapura
(Papua), yang pengelolaannya bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia Company
(Amerika Serikat) sejak 3 Maret 1973.
· Intan
Sama seperti emas, intan biasa dibuat
sebagagi perhiasan. Tempat penemuan intan di Indonesia antara lain di Sumatra
Barat dan Riau (Sungai Siabu, Kampar, dan Bangkinang), Kalimantan Barat (Muara
Mengkiang dan Ngabang), Kalimantan Tengah (Sungai Gula, Pucukcau, Murungraya,
Sei Pinang), Kalimantan Selatan (Martapura danSimpang Empat), dan Kalimantan
Timur (Sekatak Bunyi, Kabupaten Kutai, dan Longiran).
· KEARIFAN DI BIDANG
PERTAMBANGAN
a. Adanya pelarangan
pertambangan di daerah-daerah yang di keramatkan di beberapa daerah di Jawa dan
Kalimantan
b. Adanya pembatasan
pengambailan hasil pertambangan di berbagai daerah
c. Adanya pelarangan
penggunaan alat-alat mesin besar dalam mengambil hasil pertamabngan
3. BIDANG INDUSTRI
ΓΌ Klasifikasi Industri
Secara umum, kegiatan industri
menghasilkan barang jadi. Proses yang berlangsung dalam kegiatan industri ada
yang sederhana dan ada yang kompleks. Kegiatan industri yang kompleks
membutuhkan peralatan mesin. Contoh industri perakitan atau asembling mobil, sepeda
motor, dan televisi. Berbagai jenis industri dapat diklasifikasikan berdasarkan
kriteria tertentu. Klasifikasi industri berikut ini didasarkan modal dan tenaga
kerja, barang yang dihasilkan, daerah pemasaran, lokasi, investasi-investasi
dan tenaga kerja, serta departemen perindustrian.
a. Industri Berdasarkan Modal dan
Jumlah Tenaga Kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja dan
modal yang digunakan dalam usaha industri, industri dapat dikelompokkan menjadi
empat macam, yaitu:
1) Industri Rumah Tangga
Dari namanya saja, sudah bisa
dibayangkan besarnya modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah
tangga. Industri rumah tangga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Modal yang digunakan relatif kecil.
b) Tenaga kerja yang digunakan tidak
lebih dari 4 orang, biasanya dari anggota keluarga.
c) Peralatan yang digunakan sederhana
dan bukan mesin.
d) Bertujuan hanya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
2) Industri Kecil
Industri kecil membutuhkan modal dan
tenaga kerja yang lebih banyak dibanding industri rumah tangga. Industri kecil
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Modal yang dibutuhkan lebih besar
daripada industri rumah tangga.
b) Jumlah tenaga kerja 5 sampai 19
orang.
c) Menggunakan teknologi sederhana.
d) Biasanya hanya merupakan usaha
sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Industri kecil biasanya bergerak di
bidang makanan dan kerajinan. Contoh industri makanan adalah industri makanan
kecil, kecap, kerupuk, dan sebagainya. Contoh industri kerajinan adalah
industri batik, anyaman, mebel kayu, dan sebagainya.
3) Industri Sedang
Apabila dibandingkan dengan dua jenis
industri sebelumnya, industri sedang merupakan industri yang membutuhkan lebih
banyak modal dan jumlah tenaga kerja.
Ciri-ciri industri sedang sebagai
berikut.
a) Modal lebih besar daripada industri
kecil.
b) Tenaga kerja berjumlah 20 sampai 99
orang.
c) Sudah menggunakan teknologi yang
cukup tinggi tetapi masih banyak menggunakan tenaga manusia.
d) Sudah menerapkan manajemen meskipun
masih sederhana.
e) Sudah ada pembagian kerja, misalnya
bagian keuangan, administrasi, produksi, dan pemasaran.
Contoh industri sedang antara lain
industri konveksi (pakaian jadi), sepatu dan tas, alat olahraga, serta industri
percetakan.
4) Industri Besar
Berdasarkan modal dan jumlah tenaga
kerja, industri besar memiliki tingkatan yang paling tinggi. Industri besar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Membutuhkan modal besar.
b) Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
dari 100 orang.
c) Menggunakan mesin-mesin berat dan
modern.
d) Lebih banyak menggunakan tenaga
mesin daripada tenaga manusia.
e) Produk yang dihasilkan untuk
kebutuhan dalam negeri dan sebagai komoditas ekspor.
f) Manajemen perusahaan sangat rapi.
g) Pembagian kerja sudah jelas,
misalnya direktur, bagian produksi, pemasaran, administrasi, keuangan,
personalia, dan sebagainya.
Contoh industri besar antara lain
industri semen, tekstil, kendaraan bermotor, mobil, pupuk kimia, dan
sebagainya.
b. Industri Berdasarkan Barang yang
Dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan,
industri dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu industri rumah tangga/
industri kecil, industri ringan, industri sedang, dan industri besar.
1) Industri Rumah Tangga/Industri Kecil
Industri kecil yang termasuk dalam
kelas ini misalnya industri kerajinan. Ada banyak industri kerajinan, antara
lain kerajinan tenun, batik tulis, ukiran kayu, payung, anyaman, logam, tanah
liat, dan kulit.
2) Industri Ringan
Industri ringan menggunakan bahan baku
atau bahan mentah dalam jumlah sedikit dan ringan. Barang yang dihasilkan tidak
terlalu berat. Proses pengolahan cenderung lebih bersih dan sedikit
menghasilkan polutan. Industri yang termasuk dalam industri ringan adalah
industri makanan dan minuman, industri pakaian, industri tekstil, dan industri
elektronik.
3) Industri Sedang
Ciri-ciri industri sedang hampir sama
dengan industri ringan, hanya dalam penggunaan bahan mentah lebih banyak.
Contoh industri sedang adalah industri konveksi, industri percetakan, dan
industri penggergajian kayu.
4) Industri Berat
Industri berat dicirikan oleh
penggunaan bahan mentah dalam jumlah banyak dan mesin-mesin berukuran besar.
Barang-barang yang dihasilkan juga banyak dan besar. Industri berat cenderung
membutuhkan lahan yang luas dan dapat mencemari lingkungan. Contoh industri
yang termasuk industri berat adalah industri besi dan baja, industri kapal,
serta industri pesawat terbang.
c. Industri
Berdasarkan Daerah Pemasaran
Berdasarkan daerah pemasaran, industri
dibedakan menjadi dua, yaitu industri dasar dan industri lokal.
1) Industri Dasar (Basic Industry)
Merupakan industri yang produksinya
ditujukan untuk ekspor atau dipasarkan ke luar negeri.
2) Industri Lokal (Non-Basic Industry)
Industri lokal, yaitu industri yang
hasil produksinya dipasarkan di pasar lokal (dalam negeri).
d. Industri Berdasarkan Orientasi
Berdasarkan orientasi, industri
dibedakan menjadi empat sebagai berikut.
1) Industri Berorientasi Pasar
(Market Oriented Industry)
Industri yang dibangun dengan tujuan
lebih mendekatkan kepada konsumen atau pelanggan. Jarak lokasi industri dengan
konsumen menjadi salah satu pertimbangan dalam membangun industri. Selain itu,
kualitas barang hasil industri, yang terkait dengan mutu, model, keawetan, dan
kegunaan barang berpengaruh pada banyak sedikitnya konsumen barang hasil
industri tersebut.
2) Industri
Berorientasi Permintaan (Supply Oriented Industry)
Industri yang dibangun dengan tujuan
menyediakan barangbarang kebutuhan konsumen. Apa yang dibutuhkan konsumen
menjadi dasar pertimbangan didirikannya suatu industri. Selain itu, fasilitas
pendukung seperti jalan, listrik, dan telepon juga dipertimbangkan.
3) Industri
Berorientasi Tenaga Kerja (Power Oriented Industry)
Industri ini dibangun dengan tujuan
mendayagunakan tenaga kerja. Lokasi industri berada di daerah yang tersedia
banyak tenaga kerja.
4) Industri
Berorientasi Bahan Mentah (Raw Material Oriented Industry)
Industri yang dibangun dengan tujuan
memanfaatkan bahan mentah yang tersedia. Lokasi industri ini berada di daerah
yang menyediakan bahan mentah. Alasan pembangunan industri di wilayah yang
memiliki bahan mentah banyak, antara lain karena volume bahan mentah yang berat
atau besar maupun kondisi bahan mentah yang cepat rusak, sehingga harus cepat
diolah.
f. Industri Menurut Departemen
Perindustrian
Menurut Departemen Perindustrian,
industri di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut.
1) Industri Dasar (Hulu)
Industri ini meliputi industri
mesin-mesin, logam dasar, dan industri kimia dasar. Industri ini bertujuan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta meperkukuh struktur ekonomi.
Contoh industri ini antara lain
industri mesin pertanian, alat- alat konstruksi mesin-mesin listrik, kendaraan
bermotor, kereta api, kapal, pesawat terbang, besi-besi konstruksi, besi baja,
dan sebagainya.
2) Industri Hilir
Industri hilir berorientasi pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Contohnya industri tekstil,
kimia, alat-alat listrik, logam, bahan bangunan, dan industri pangan.
g.
Penggolongan Industri Berdasarkan Bahan Dasar yang Digunakan
1) Industri Dasar
Merupakan industri yang menghasilkan
bahan dasar untuk industri yang lain. Contoh, pabrik peleburan besi dan
bauksit.
2) Industri Konveksi
Industri yang membuat pakaian jadi,
seperti kaos, celana, dan kemeja.
3) Industri Agraris
Industri yang mengolah hasil-hasil
pertanian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
4) Industri Perakitan
Industri ini melakukan perakitan
mesin-mesin untuk memproduksi barang jadi, misalnya industri perakitan mobil,
barang-barang elektronik, dan pesawat terbang.
5) Industri Trafik
Bahan mentah dari industri trafik
semuanya diimpor, karena di dalam negeri tidak tersedia, misalnya minuman
anggur, bir, dan perajutan wol.
h.
Penggolongan Industri Berdasarkan Jenis Usahanya
1) Industri Ekstratif
Industri ini bahan bakunya langsung dari
alam, seperti pertambangan, pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, dan
sejenisnya.
2) Industri Nonekstratif
Merupakan industri yang mengambil bahan
bakunya dari tempat lain yang disediakan oleh industri lain. Contoh, industri
penerbit dan percetakan.
3) Industri Fasilitatif/Industri Jasa
Kegiatan dari industri ini adalah
menjual jasa untuk keperluan lain. Contoh, industri perdagangan, perbankan,
transportasi, dan komunikasi.
ΓΌ PENENTUAN LOKASI
INDUSTRI
Jika dicermati lebih dalam, banyak
industri didirikan berdasarkan pertimbangan atau faktor yang bertujuan untuk
memperkecil biaya produksi. Sebut saja industri yang berorientasi pada bahan
mentah (Raw Material Oriented Industry), industri ini berdiri dengan
mendekati lokasi terdapatnya bahan mentah yang melimpah. Dengan mendekati bahan
mentah, biaya produksinya bisa lebih hemat. Bagaimana pendapatmu? Banyak faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam membangun industri di suatu lokasi. Beberapa
ahli mengungkapkan beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
industri. Salah satunya adalah Robinson. Menurut Robinson (1979) ada enam
faktor yang berpengaruh dalam menentukan lokasi industri. Keenam faktor
tersebut sebagai berikut.
a. Bahan Baku atau Bahan Mentah
Bahan mentah merupakan faktor utama
dalam mendirikan industri. Tahukah kamu alasannya? Jika di suatu lokasi
industri tidak tersedia bahan mentah atau bahan baku, maka dengan terpaksa
bahan mentah harus didatangkan dari daerah lain. Sampai sekarang
bahan mentah tetap menjadi faktor penentu berdirinya suatu industri. Sebagai
contoh industri minyak Pangkalan Brandan di Sumatra Utara yang jaraknya dekat
dengan pertambangan minyak bumi. Pertambangan minyak bumi mana sajakah yang
dekat dengan lokasi industri minyak tersebut? Lokasi kilang minyak ini sangat
tepat, karena wilayah sekitarnya terdapat potensi minyak bumi. Tepatnya pada
cekungan sedimen tersier di wilayah Sumatra bagian utara. Wilayah ini meliputi
Lhok Sukon dan Peureulak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, serta Telaga
Said, Tangai, Tanjung Miring Barat, Sukaraja, Mambang Sebasa, Securai, Seruwai,
Pakam, Rantau, dan Siantar di Provinsi Sumatra Utara. Bisa kamu bayangkan jika
industri minyak jauh dari tambang minyak. Industri ini akan memerlukan
pengangkutan minyak mentah yang mahal dan sering berisiko. Risiko tersebut
antara lain berupa tumpahan minyak pada waktu pengangkutan.Apabila pengangkutan
tersebut melalui jalur laut, tumpahan akan mencemari laut.
Ketersediaan bahan mentah maupun bahan
baku yang terbatas sering disiasati oleh para pelaku industri dengan menjadi
mitra usaha. Kerja sama terjalin antara para pedagang penyedia bahan baku
(pemasok) dengan pelaku industri. Kerja sama ini sangat bermanfaat, setidaknya
menghemat biaya produksi, karena pembelian dalam skala besar (grosir) umumnya
disertai potongan harg (discount). Kemitraan dapat juga menjadi
pertimbangan dalam penentuan lokasi industri.
b. Pasar
Industri dibangun karena adanya
tuntutan konsumen. Tujuan utama kegiatan industri memproduksi barang untuk
dijual kepada konsumen. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pasar atau
konsumen merupakan bagian penting bagi berlangsungnya kegiatan industri. Jika
konsumen yang membutuhkan banyak, berarti industri tersebut mempunyai pasar
yang cukup luas. Banyak faktor yang memengaruhi luasnya daerah pemasaran pada
suatu industri. Faktor-faktor tersebut antara lain kebutuhan masyarakat
terhadap produk dan strategi pemasaran dari perusahaan. Selain itu, keadaan
ekonomi atau taraf hidup masyarakat juga memengaruhi luasnya daerah pemasaran.
Daya beli masyarakat akan rendah jika taraf hidup masyarakat juga rendah.
Bahkan, kondisi geografis suatu wilayah juga memengaruhi persebaran produk.
Jika kondisi geografis sulit dijangkau, maka sangat sulit bagi suatu industri
untuk memasarkan produknya. Hal inilah yang juga memengaruhi perkembangan suatu
daerah. Dalam ilmu Ekonomi, luasnya wilayah pemasaran sangat ditentukan oleh
strategi pemasaran. Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu
menuju keunggulan kompetisi yang berkelanjutan. Strategi pemasaran dipengaruhi
dua faktor sebagai berikut.
1) Faktor mikro, yaitu perantara
pemasaran, pemasok, pesaing, dan masyarakat.
2) Faktor makro, yaitu
demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik, dan sosial/budaya.
Sedangkan strategi dan kiat pemasaran
dari sudut pandang penjual atau pelaku industri adalah 4P, yaitu tempat yang
strategis(place), produk yang bermutu (product), harga yang
kompetitif (price), dan promosi yang gencar (promotion).
Sedangkan dari sudut pandang pelanggan dikenal 4C, yaitu kebutuhan dan
keinginan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost
to customer), kenyamanan (convenience), dan komunikasi (communication).
c. Biaya Angkut
Biaya angkut sangat tergantung pada
fasilitas transportasi. Oleh karena pendukung berdirinya lokasi industri sangat
kompleks, seperti ketersediaan bahan mentah, tenaga kerja, dan sebagainya. Kita
tahu bahwa tidak ada lokasi industri yang sangat ideal. Berarti, hampir tidak
ada lokasi industri yang memenuhi semua yang dibutuhkan oleh industri. Contoh
suatu lokasi tersedia bahan mentah sangat melimpah tetapi tidak tersedia tenaga
kerja atau kurangnya daerah pemasaran. Di sinilah fasilitas transportasi sangat
berperan. Jika suatu daerah memiliki fasilitas transportasi yang memadai, maka
pengiriman bahan mentah atau hasil industri juga lancar, sehingga biaya
angkutan murah. Berbeda dengan daerah yang terisolasi. Kondisi topografi atau
relief yang sulit dijangkau dan sarana transportasi tidak memadai mengakibatkan
biaya angkutan mahal. Keadaan ini menyebabkan daerah tersebut kurang
berkembang.
d. Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja merupakan
faktor penting lain yang memengaruhi lokasi industri. Beberapa industri seperti
industri tekstil membutuhkan banyak tenaga kerja dengan tingkat keahlian tidak
terlalu tinggi. Industri tekstil cenderung memilih lokasi di dekat daerah yang
berpenduduk padat di mana tersedia banyak tenaga kerja. Di bagian lain, ada
industri yang membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus. Industri ini
dibangun di lokasi di mana tenaga kerja yang tersedia mudah dilatih. Contoh
industri yang membutuhkan tenaga kerja yang ahli adalah industri pembuatan perangkat
lunak (software) komputer.
e. Modal
Banyak orang mengatakan bahwa tanpa
modal, kegiatan industri tidak akan berjalan. Benarkah? Untuk menjawabnya, kita
terlebih dahulu harus mengerti apa yang dimaksud dengan modal. Dalam pelajaran
ekonomi, istilah modal sering kamu sebut. Apakah modal selalu identik dengan
uang? Ternyata tidak. Modal adalah barang atau hasil produksi yang dapat
digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Berarti modal tidak harus berupa
uang, tetapi dapat juga berbentuk barang. Misalnya mesin jahit, mesin
pertanian, gedung, dan juga mesin-mesin berat. Untuk membangun industri, modal
dalam bentuk uang dibutuhkan untuk membeli material atau barang, mesin-mesin,
dan peralatan lain. Pinjaman modal dapat diperoleh dari bank atau lembaga
keuangan lain. Pemerintah dapat pula menyediakan modal untuk industri tertentu.
Sering para investor lokal dan asing menyediakan modal untuk pembangunan
industri.
f. Teknologi
Tidak disangkal lagi teknologi memegang
peranan penting dalam dunia industri. Teknologi industri berkaitan dengan cara
atau metode produksi yang diperbarui, seperti penggunaan mesin modern.
Penggunaan teknologi di berbagai bidang industri akan menaikkan produktivitas.
Mengapa? Contoh sederhana dapat kamu lihat pada industri konveksi. Penggunaan
mesin jahit listrik mampu menaikkan jumlah produksi, karena proses produksi
akan lebih cepat. Hal ini tidak hanya berdampak pada peningkatan jumlah produk,
tetapi juga penghematan biaya produksi, karena banyak tenaga kerja yang bisa
digantikan dengan mesin.
· KEARIFAN DI BIDANG
INDUSTRI
Berikut kegiatan kearifan lokal di
bidang indutri:
a. Adanya pembatasan
penggunaan hutan di Kalimantan dan Jawa
b. Adanya pelarangan
untuk kegiatan industri pada daerah tertentu
c. Adanya pengembangan
industri hasil seni suatu daerah
d. Adanya pelarangan
menggunakan bahan-bahan kimia dalam mengolah industri
e. Pemanfaatan hasil
alam dalam pengolahan industry
Sumber : http://werdiati.blogspot.com/2014/09/kearifan-lokal.html